photo with @ivabalk https://pixabay.com/id/photos/tiang-listrik-listrik-tiang-kapal-5911637
Singapura telah mengumumkan penambahan kuota impor listrik rendah karbon dari Indonesia, dari yang sebelumnya 2 gigawatt (GW) menjadi 3,4 GW. Langkah ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan energi terbarukan Singapura di masa depan. Pengumuman ini disampaikan oleh Menteri Ketenagakerjaan sekaligus Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura, Tan See Leng, dalam acara Indonesia International Sustainability Forum 2024 yang berlangsung di Jakarta pada Kamis, 5 September 2024.
Sebelumnya, Singapura telah memberikan persetujuan bersyarat kepada lima perusahaan Indonesia untuk mengimpor listrik rendah karbon sebesar 2 GW. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain adalah Pacific Medco Solar Energy Power with Consortium Partners, Adaro Green, PacificLight Power Pte Ltd, Gallant Venture Ltd, Salim Group, dan TBS Energi Utama.
Sejalan dengan rencana Singapura untuk meningkatkan target impor listrik dari 4 GW menjadi 6 GW pada tahun 2035, pemerintah Singapura kini juga memberikan izin tambahan untuk dua proyek baru, yang masing-masing dikelola oleh Total Energies RGE dan Shell Vena Energy. Kedua proyek ini diproyeksikan akan menambah 1,4 GW listrik rendah karbon dari Indonesia.
Pada tahun 2023, Indonesia dan Singapura telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) yang mencakup pengembangan industri manufaktur energi terbarukan, seperti produksi panel surya dan sistem penyimpanan energi baterai. Nota kesepahaman ini bertujuan untuk mendukung perdagangan listrik lintas batas antara kedua negara.
Tan See Leng menegaskan bahwa impor listrik dari negara tetangga menjadi salah satu kunci bagi Singapura dalam upaya mengurangi emisi karbon dan mencapai target netral karbon pada tahun 2050. Selain itu, ia menyoroti bahwa kerjasama ini akan memberikan keuntungan bagi kedua negara. Di satu sisi, Singapura akan menerima pasokan listrik bersih yang stabil, sementara di sisi lain, Indonesia dapat mempercepat pengembangan industrinya di bidang energi terbarukan, termasuk produksi baterai dan panel surya.
Pendapatan dari ekspor listrik ini diharapkan dapat membantu mempercepat proyek-proyek energi terbarukan di Indonesia, yang pada gilirannya akan mendorong dekarbonisasi di dalam negeri. Hal ini dipandang sebagai peluang besar bagi Indonesia untuk memanfaatkan sumber daya alam yang melimpah, seperti silika yang diperlukan untuk produksi panel surya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, menyambut baik kerjasama ini. Menurutnya, kemitraan ini menguntungkan bagi kedua negara. Singapura mendapatkan pasokan energi hijau yang stabil, sementara Indonesia memperkuat posisinya di pasar energi global dengan memanfaatkan sumber daya alamnya yang melimpah. Ia juga menekankan pentingnya pembangunan industri panel surya di Indonesia sebagai bagian dari upaya mengekspor energi hijau.
Proyek impor listrik ini diperkirakan akan dimulai pada tahun 2028 oleh lima perusahaan yang telah mendapatkan persetujuan bersyarat. Sementara itu, dua proyek tambahan dijadwalkan untuk memulai transmisi listrik pada tahun 2030.
Sumber: KOMPAS.com, “Singapura Tambah Kuota Impor Listrik Rendah Karbon dari Indonesia”, diakses pada [06/09/2024].