Photo :archive.boston.com
Jakarta – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan bahwa populasi global telah mencapai hampir 8,2 miliar pada pertengahan tahun 2024, dengan prediksi pertumbuhan ini akan terus berlanjut hingga 2060-2080. Namun, setelah periode tersebut, populasi dunia diperkirakan akan mulai menurun, memunculkan berbagai dampak yang perlu diantisipasi.
Menurut PBB, perubahan demografi global terjadi tidak merata. Beberapa negara mengalami pertumbuhan populasi yang pesat, sementara negara lainnya menghadapi tantangan penuaan populasi yang cepat. Kondisi ini membuat data populasi yang akurat menjadi semakin penting, terutama dalam perencanaan kebijakan sosial dan ekonomi.
Sebagaimana dilaporkan oleh Detik, di Jepang, populasi menurun tajam dengan angka penurunan mencapai 100 orang setiap jamnya. Di wilayah lain seperti Eropa, Amerika, dan Asia Timur, tingkat kesuburan juga terus menurun selama beberapa dekade terakhir.
Penurunan populasi ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju. Banyak negara dengan pendapatan menengah hingga rendah juga diproyeksikan akan mengalami penurunan serupa. Bahkan, China, sebagai negara dengan populasi terbesar di dunia, mulai mengalami penurunan populasi yang dipicu oleh kebijakan “Satu Anak” yang berakhir pada 2016. Pada akhir abad ini, populasi China diperkirakan akan berkurang hingga dua pertiga dari jumlah saat ini.
Meski penurunan populasi dianggap dapat mengurangi tekanan terhadap lingkungan dan menurunkan konsumsi secara keseluruhan, dampak ekonomi yang dihasilkan juga tidak bisa diabaikan. Dengan jumlah pekerja yang semakin sedikit dan populasi lansia yang meningkat, tantangan ekonomi seperti persaingan global untuk pekerja terampil dan ketimpangan dalam penggunaan sumber daya menjadi isu serius yang harus dihadapi.
Menurut Detik, meskipun penurunan populasi mungkin dapat mengurangi emisi secara keseluruhan, fenomena ini juga dapat meningkatkan konsumsi per kapita dan dampak lingkungan, terutama di negara-negara kaya yang cenderung mengonsumsi lebih banyak sumber daya.
Dalam skenario ini, kebijakan migrasi yang lebih liberal dapat menjadi solusi untuk meningkatkan jumlah penduduk usia kerja, namun hal ini juga membawa konsekuensi lingkungan yang perlu diperhatikan. Dengan banyaknya faktor yang saling terkait, dampak dari penurunan populasi global masih terus dipelajari dan diantisipasi oleh para ahli dan pembuat kebijakan.
Sumber: Detik.com